Anak usia di bawah umur, berkendara hingga menimbulkan kecelakaan lalu-lintas tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi juga terjadi di beberapa daerah termasuk di Kab.Belu.
Sejauh pengamatan Kita, pelajar bahkan yang masih duduk di bangku sekolah dasar, sudah diizinkan orang tuanya mengendarai sepeda motor ke sekolah. Padahal, dari sisi usia dan kematangan pola pikir, mereka belumlah pantas untuk itu.
Hal ini diungkapkan Kanit Dikyasa Sat Lantas Polres Belu, AIPDA Heru Setiyono, SH kepada pelajar SMP Kristen Atambua saat menggelar penyuluhan tertib berlalu lintas, senin (10/02/2020).
Dijelaskannya, mengendarai sepeda motor sendiri menjadi budaya saat ini namun para orangtua tidak memikirkan dampak yang akan terjadi pada buah hati kesayangannya, dimana para pelajar yang belum labil, sering ugal-ugalan di jalan tanpa memakai helm demi menunjukkan pada dunia bahwa dirinya hebat.
Berkaitan dengan fenomena tersebut, Kanit Dikyasa dengan program Police Goes To Shoolnya, mengajak sekaligus mengimbau para pelajar, untuk mengutamakan keselamatan daripada kesenangan dan kebutuhan akan alat transportasi.
Dirinya juga mengajak peran para guru dan kesadaran para siswa, untuk mendukung program
Budaya Antar jemput Anak ke sekolah
yang kini digaungkan pihaknya, demi keselamatan di jalan raya.
Kepada Humas, Kanit Dikyasa mengatakan, penyuluhan ini dilakukan agar anak-anak pelajar bisa memahami segala dampak yang timbul bila tidak mematuhi aturan lalu lintas.
“Kami dari Sat Lantas turun ke sekolah-sekolah dengan mengusung tema budaya antar jemput sekolah. Dengan program tersebut, Kita sangat berharap dari pihak sekolah dan siswa itu sendiri, untuk tidak mengendarai motor sendiri ke sekolah"kata Kanit Dikyasa.
"Semua karena faktor keselamatan. Selain mereka belum cukup umur, faktor lingkungan sering membuat mereka labil dengan mengikuti kebiasaan anak-anak remaja dengan ugal-ugalan di jalan raya tanpa memikirkan resikonya”harap Kanit Dikyasa.
"Sehingga Kami sangat berharap para orangtua dan keluarga, kebiasaan antar jemput anak sekolah dijadikan budaya. Mudah-mudahan apa yang Kita sampaikan ini dipahami pelajar dan kemudian diteruskan ke orang-orang dirumah"tutup Kanit Dikyasa.